Tokoh Filsafat IDealisme


TOKOH-TOKOH FILSAFAT IDEALISME
1.  Plato  
Salah satu pemikiran Plato yang sangat fenomenal yakni ajaran tentang ide-ide. Ajaran tentang ide-ide ini merupakan inti dasar filsafat Plato. Plato mengartikan kata ide itu merupakan suatu yang objektif. Menurut Plato ada ide-ide yang terlepas dari subjek yang berpikir. Beliau mengatakan bahwa semua yang ada di entitas ini semuanya ada di alam ide tersebut,  yakni alam tersebut di analogikan seperti cetakan kue dan kue-kuenya itu adalah entitas-entitas ini. Selain itu juga, ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, non material, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri sendiri. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Plato percaya bahwa dibelakang alam perubahan atau alam fenomena yang kita lihat ataukita rasakan terdapat alan ideal yaitu alam esensi, form atau ide. Bagi plato dunia dibagi menjadi dua bagian, yaitu: pertama, dunia penglihatan atau iderawi. Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Kedua, dunia ide. Disamping ada dunia indrawi yang senantiasa berubah, menurut Plato ada juga sebuah dunia yang tidak pernah berubah yakni disebut dunia ideal atau dunia yang terdiri atas ide. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. hubungan antara kedua dunia itu yakni bahwa ide-ide dari dunia ide itu hadir dalam benda yang kongkrit, contohnya ide manusia berada pada tiap manusia dan sebagainya, dan sebaliknya benda-benda itu berpartisipasi dengan idea-ideanya, artinya mengambil bagian ide-ideanya, bukan hanya dalam satu idea saja, melainkan dapat juga lebih (umpamanya: bunga bagus, berpartisipasi dengan idea bunga dan idea bagus). Dengan demikian idea-idea itu berfungsi sebagai model atau contoh benda-benda yang kita amati di dalam dunia ini.
2.  George Wilhem Friedrich Hegel
George Wilhem Friedrich Hegel lahir pada tahun 1770 M di Stuttgart. Ini adalah tahun-tahun Revolusi Perancis yang terkenal itu (1789 M), juga merupakan tahun-tahun berbunganya kesejahteraan Jerman. Lessing, Geothe dan Schiller hidup pada periode ini juga. Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel.
Ia termasuk salah satu filosuf barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geits (roh,spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghunungkan Yang Mutlak itu dengan Yang Tidak Mutlak. Yang Mutlak itu roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya Idea, artinya: berpikir.
Idea yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Demikianlah proses roh atau idea yang disebut Hegel: Dialetika. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Sebab itu yang menjadi aksioma Hegel: apa ysng masuk akal (rasional) itu sungguh riil, dan apa yang sungguh itu masuk akal.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran idealisme ini aliran yang mengemukakan bahwa sesuatu hal akan muncul berangkat dari ide. Ungkapan terkenal dalam aliran ini adalah �segala yang ada hanyalah yang ada� sebab yang ada itulah adalah gambaran atau perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan).
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyrakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan filsafat idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekedar menuntut hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satudengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Menurut Kant guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia merupakan contoh yang baik untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi. Dimana tujuan itu berada diluar kehiduoan sekarang ini. Tujuan pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan.
uSSUMBER
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan. 1984 . Living Isssue In Philosophy (Persoalan-persoalan Filsafat). Jakarta: PT Bulan Bintang. Cet. 1.


Peursen, C. A. Van. 1988. Orientasi di Alam Filsafat. Diterjemahkan oleh Dick Hartoko.  Jakarta: PT Gramedia.

Posting Komentar untuk "Tokoh Filsafat IDealisme"