Seorang pemuda menyusuri jalanan di sepanjang sungai. Seharian dia belum menyentuh makanan sedikit pun. Dia sangat lapar. Badannya lemas, dan berjalan dengan terseok-seok. Dia segera mendekat ke tepi sungai untuk meminum air. Sedikit kesegaran pun mulai terasa.
Tiba-tiba, bersama aliran air, muncul buah apel merah mengambang. Buah itu terlihat nikmat. Spontan, dia menangkap buah apel itu. Dia bersihkan apel itu dan menyantapnya dengan lahap.
“Benar-benar manis. Sungguh buah apel yang nikmat,” bisiknya dalam hati.
Ketika buah apel itu hampir habis, barulah dia sadar dengan apa yang dimakannya.
“Apel ini bukan milikku. Kenapa aku memakannya? Padahal aku tidak tahu siapa pemiliknya?” hatinya membatin.
Semakin di renungi, dia semakin dihantui perasaan bersalah. Hatinya gundah dan tidak tenang.
Akhirnya dia memutuskan untuk mencari pemilik apel itu, untuk memohon keridhoan atas buah apel yang dimakannya.
Pemuda tersebut pernah mendengar bahwa tubuh yang memakan barang haram, akan menjadi umpan api neraka.
Maka, segeralah dia menyusuri sungai ke arah hulu untuk mencari pemilik buah apel itu. Karena dari sanalah muncul buah apel itu.
Akhirnya, pemuda tersebut menemukan pohon apel yang berbuah lebat yang dahannya menjulur ke sungai.
“Pasti dari pohon inilah apel yang kumakan tadi,” dia bergumam.
Kemudian dia mencari si pemilik pohon apel iu. Ketika bertemu, sang pemuda menceritakan apa yang dialaminya. Dia bersedia melakukan apa saja agar pemilik itu berkenan menghalalkan buah apel yang dimakannya.
Mendengar cerita sang pemuda, yang ternyata bernama Tsabit bin Ibrahim, bapak pemilik pohon itu sangat kagum.
Si pemilik pohon apel terkesan dengan kesalehan pemuda itu. Dia berniat mengenal pemuda itu lebih jauh. Maka dia mengajukan syarat bahwa dia akan menghalalkan apel itu asalkan dia mau bekerja padanya, mengurusi kebun apelnya.
Pemuda itupun menyanggupi. Dia menjadi pekerja di kebun apel.
Setelah tiga tahun, dia kembali menanyakan. Apakah dia telah menghalalkan apel yang dimakannya itu? namun bapak pemilik apel yang terlanjur jatuh hati pada Tsabit bin Ibrahim itu tak juga menghalalkannya. Masih ada satu syarat lain yang harus dia penuhi.
“Apa itu?” tanya Tsabit penasaran.
“Kau harus menikah dengan putriku,” jawab pemilik pohon apel.
Tentu saja Tsabit merasa heran. Kenapa gara-gara sebuah apel, perjalanan hidupnya malah membawa pada perjodohan. Entah perasaan apa yang kini mengusai hatinya.
“Tapi… kau jangan gembira dulu,” ucap pemilik pohon apel.
Tsabit semakin heran.
“Karena gadis yang akan kunikahkan denganmu adalah gadis bisu, tuli, buta dan lumpuh,” pemilik pohon apel itu menjelaskan.
Tapi penjelasan itu tak menggoyahkan keteguhan Tsabit untuk menikahi putrinya. Karena Tsabit ingin mengejar kehalalan dari apel yang dimakannya.
Dia sanggup menjalani apapun yang disyaratkannya agar dia mendapat ridha Allah dengan kehalalan apel yang telah masuk ke perutnya.
Akhirnya, ditentukanlah hari pernikahannya. Tsabit bin Ibrahim mengucapkan ijab kabul dengan disaksikan oleh dua orang saksi yang disediakan oleh bapak pemilik apel.
Usai akad, dia dipersilahkan menemui mempelai perempuan di dalam kamarnya.
Begitu masuk kamar, Tsabit tetap mengucapkan salam. Meski dia tahu bahwa istrinya tuli dan bisu. Karena menurutnya, salam bisa dijawab oleh siapa saja yang mendengarnya. Namun, sebuah suara nan merdu mengagetkannya
Begitu pula saat tiba di dalam kamar. Perempuan yang disebut sebagai istrinya ternyata mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Tsabit.
Perempuan itu memberi sambutan dengan sempurna. Dia bisa berjalan. Bukan hanya itu, perempun yang sudah menjadi istrinya itu tenyata memiliki paras yang sangat cantik.
Tak tahan dengan keanehan ini, Tsabit segera mengungkapkan rasa penasarannya
“Bukankah ayahmu mengatakan bahwa kau tuli, bisu, buta dan lumpuh?”
Perempuan cantik itu mengangguk anggun.
“Betul sekali, aku ini bisu dan tuli, karena tidak pernah mengatakan dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah. Aku juga buta dan lumpuh, karena tak pernah melihat dan pergi ke tempat yang dilarang oleh Allah,” jawab perempuan itu dengan suara merdu
Betapa gembiranya Tsabit. Dia tak hanya mendapat apel yang halal, tetapi juga dianugerahi jodoh seorang gadis yang shalehah dan menjaga kehormatannya. Dari pasangan mulia ini, lahirlah seorang imam besar yang terkenal dengan nama Abu Hanifah.
SUMBER : https://ract.xyz/2021/10/04/
Posting Komentar untuk "Kisah Nyata! Seorang Pemuda Gagah Menikahi Wanita Buta, Tuli, Bisu Gara-gara Sebuah Apel"