PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
Diah Mahastuti
Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam:
Prof. Dr. H. Maragustam, MA.
PENDAHULUAN
Menusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna yang berbeda dengan makhluk lainnya, yang dikaruniai akal dan pikiran oleh tuhan. Sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk meraih kesempurnaan tersebut, manusia harus melalui berbagai proses. Salah satunya pendidikan. Pendidikan Islam yang berfalsafahkan Al Quran dan Al Hadis.
Dalam setiap perkara atau pencapaian tujuan tentunya membutuhkan suatu perencanaan yang matang, begitu pula dalam dunia pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila terjadi perencanaan proses untuk mencapainya. Dalam dunia pendidikan, program yang telah terencana tersebut di sebut dengan kurikulum pendidikan.
Salah satu tugas filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arahan untuk tercapainya pendidikan Islam. Berdasarkan uraian diatas, fokus pembahasan tulisan ini yaitu perkembangan kurikulum pendidikan dalam perspektif islam.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Hakikat Kurikulum
Secara Etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu Curir yang artinya pelari dan curer yang artinya tempat berpacu. Yang artinya suatu tujuan yang harus ditempuh.[1]Kurikulum adalah suatu program rancangan pendidikan yang isinya sejumlah mata pelajaran dan program kegiatan yang diperlukan sebagai syarat untuk menyesuaikan suatu program pendidikan tertentu yang dikemas dalam kegiatan kurikulum (intra curricular), kegiatan penyertaan kurikulum (cocurriculum), dan luar kegiatan kurikulum (ekstra kulikuler).[2]Kurikulum bisa disebut juga sebagai seluruh usaha lembaga pendidikan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dirancang secara sistematis.
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upayamembentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum tidak bersifat kaku, tetapi dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif.[3]Kurikulum disusun sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan itu sendiri,
Dalam dunia Pendidikan Islam, Istilah kurikulum (manhaj) adalah sebagai jalan terang yang dilalui pendidikatau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka[4]Dari definisi yang ada, kurikulum bukan sekedar dalam artian kata atau makna kata, tetapi juga menekan pada fungsinya yang ideal diantaranya :[5]
1. Kurikulum sebagai program studi, yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh anak didik di sekolah maupun instansi pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai content, yaitu memuat sejumlah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku teks atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya proses pembelajaran.
3. Kurikulum sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar, yaitu memuat seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu, tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil-hasil. Memuat seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
5. Kurikulum sebagai reproduksi cultural, yaitu proses transformasi dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat agar dimiliki dan dipahami peserta didik sebagai bagian dari masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yaitu keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan kepala sekolah.
7. Kurikulum sebagai produksi, yaitu seperangkap tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
B. Bentuk-bentuk Kurikulum
Guna mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan kurikulum yang selaras dengan tujuan yang akan dicapai. Kurikulum yang diperlukan pun harus bersifat dinamis tidak kaku. Adapun bentuk-bentuk kurikulum menurut Abdurrahman an-Nahlawi terbagi kedalam empat bentuk yaitu :[6]
1. Separate-subject Curriculum
Bentuk kurikulum ini berwujud tentang pemisahan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Antar mata pelajaran tidak perlu dihubungkan, mereka berdiri sendiri. Materi dan pengetahuan terpisah dari perangkat pengetahuan yang lain.
2. Correlated Curriculum
Kurikulum ini menyajikan pengetahuan yang seakan bersifat kesinambungan, berantai dengan perangkat pengetahuan yang lain. Setiap mata rantai yang harus terhubung dengan mata rantai sebelumnya. Sehingga setiap pelajaran akan dimulai, sebelumnya diulas atau dibahas materi lalu untuk dijadikan landasan materi selanjutnya. Terkadang materi pada setiap semester bertalian dengan meteri yang pernah dipelajarinya.
3. Integrated Curiculum
Bentuk kurikulum yang paling bertalian dan terkoordinasi antar bagian-bagiannya dan materi pelajaran-pelajarannya. Seluruh materi pelajaran dan pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik harus bertalian dengan subyek yang menjadi pusat perhatian para peserta didik. Karena setiap kurikulum itu harus ada pusat perhatian dari semua yang terlibat dalam pendidikan.
4. Activity Curriculum
Kurikulum koordinasi serangkaian aktivitas, yang diangkat dari kehidupan para peserta didik, atau dari kehidupan masyarakat mereka. Aktivitas ini dipandang dapaat mengembangkan pengetahuan serta pengalaman peserta didik, disamping dapatmerealisasikan berbagai tujuan umat dan tujuan pendidikan serta pengajaran bagi mereka. Aktivitas ini berupa diskusi, karyawisata, out bond.
C. Asas-asas Kurikulum Dalam Islam
Kurukulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang berperan sangat besar, dapat pula disebut sebagai jantung dari sebuah pendidkan. Kurikulum berperan untuk mewujudkan tujuan pendidikan, sehingga dalam penyusunannya sangat perlu diperhatikan, karena satu kesalahan dapat mengganggu tercapainya tujuan pendidikan.
Adapun dasar dalam menjadi landasan kurikulum pendidikan Islam :
1. Dasar Agama
Segala sistem pendidikan Islam harus meletakkan dasar falsafat, tujuan, dan kurikulumnya pada agama Islam atau syariat Islam dengan segala kandungannya. Semua itu kembali kepada dua sumber utama dalam Islam, yaitu Al Qur�an dan Sunnah Nabi SAW.[7]
Sesudah kedua sumber ini barulah menggunakan sumber-sumber cabang yang lain yang digunakan untuk menjelaskan hukum atau aturan umum dari kedua sumber utama pendidikan Islam. Diantara sumber-sumber cabang yang lain yang digunakan yaitu ijma�, qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istishsan). dari keseluruhan inilah pendidikan Islam mengambil falsafah, tujuan-tujuan, matlamat-matlamat, dasar-dasar kurikulum, dan metodenya.[8]Berdasarkan hal tersebut, kurikulum berdasar agama harus mampu mencakup pembinaan iman yang kuat. Kurikulum juga harus menanamkan dalam jiwa yang berlandaskan ajaran agama dan akhlak yang kuat.
Untuk mencapai tujuan yang dihaapkan, haruslah kurikulum dalam pendidikan agama Islam dan menyeluruh kandungan-kandungannya, melebihi ilmu-ilmu agama dan alat-alatnya termasuk tafsir, hadis, fiqih, dasar-dasar akidah, ilmu hadis, usul fiqih, nahwu, sharaf, balagah, adab, dan lain-lain. Sehingga harus mengandung segala ilmu yang bermanfaat dalam agama dan dunia termasuk falsafah, tarkh, ilmu alam, ilmu falaq, kedokteran, matematika, teknik, sains, fisik, dengan segala cabang-cabangnya dan lain-lain ilmuyang berguna, selama kajian tersebut berlaku dalam rangka akidah dan akhlak.[9]
2. Dasar Falsafah
Menurut Muhammad Ali (1989), dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosufis, sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran di bidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Dasar filosufis mengandung sistem nilai, baik yang berkaitan dengan nilai dan makna hidup dan kehidupan, masalah kehidupan, norma norma yang muncul dari individu, sekelompok masyarakat, maupun suatu bangsa yang dilatar belakangi oleh pengaruh agama, adat istiadat, dan konsep individu tentang pendidikan.[10]
Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anakdidik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik objek-objek. Pada mulanya, dimensi ini diterapkan oleh Allah swt.dalam pengajaran-Nya kepada Nabi Adam dengan memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda (Q.S Al-Baqarah [2]:31), dan belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan; Dimensi epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah harusberdasarkan pada metode konstruksi pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berpikir menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Q.S AlBaqarah [2]:26-27); dan dimensi aksiologis, mengarahkanpembentukan kurikulum yang direncanakan sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri anak didik untuk memiliki nilai-nilai yang tidak dinginkan. Tugas ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam. Dari berbagai macam filsafat, pada dasarnya menjadikan khasanah pemikiran intelektual di bidang kurikulum pendidikan Islam lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan Islam.[11]
3. Dasar Psikologi
Berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan individu peserta didik, tahap kematangannya, bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial, kebutuhan-kebutuhan, minat, kecakapan yang bermacam-macam, perbedaan individual, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, proses belajar, pengamatan peserta didik dan lain-lain yang bersifat psikologis.[12]
Persoalan ini tidak diabaikan oleh pendidikanIslam dalam kurikulum dan metod pengajarannya. Pemikiran pendidikan Islam pada keseluruhannya mengajak dan menggalakan untuk membuat kurikulum ini sejalan dengan ciri-ciri perkembangan pelajar; sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya pada berbagai segi perkembangan; memperhatikan kecakapan, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, sifat proses belajar, pengamatan, pemikiran dan perbedaan perseorangan dengan orang lain; menggalakan belajar; mencurahkan tenaga dan turut serta dengan aktif dalam proses pendidikan; dan membantu memperoleh pengetahuan, kemahiran dan sikap yang diperlukan.[13]
4. Dasar Sosial
Berkaitan dengan ciri-ciri masyarakat Islam yang berlaku proses pendidikan dan kebudayaan masyarakat ini yang bersifat umum atau bersifat khusus.[14]
Tugas kurikulum sendiri berdasar pada dasar sosial, ini adalah agar ia turut serta dalam proses pemasyarakatan bagi pelajar-pelajar; penyesuaian mereka dengan masyarakat Islam tempat mereka tinggal; memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya dan cara berfikir serta beringkah laku yang di inginkan, caara bergaul yang sehat, sikap kerjasama, menghargai tanggung jawab dan kesediaan berkorban membela akidah, tanah air, pengetahuan dan kemahiran yang akan menambahkan produktivitas dan keturut sertaan mereka dalam membina umat dan bangsa.[15]
Keempat asas tersebut sebaiknya dijadikan landasan dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam. Keempat asas tersebut bukan merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan saling berikatan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari asas-asas yang lain. Sehingga membentuk kurikulum islam yang terpadu.[16]
D. Komponen Kurikulum
Menurut Hilda Taba yang dikutip Ahmad Tafsirn(2006), kurikulum mencakup empat aspek, yaitu : tujuan, isi, pola belajar mengajar,dan evaluasi.[17]
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri perasaaan dan kepekaan fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.[18]Secara konseptual, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk insan yang utuh, mampu mengembangkan dan menjaga hubungan dengan tuhan dan makhluk ciptaan lainnya.
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalahtujuan setiap program yang diberikan kepada peserta didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan sesuai dengan tujuan umum pendidikan. Dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan hingga tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan pembelajaran.[19]
2. Isi
Isi program atau materi pelajaran dalam suatu kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum mrnurut Hamalik dijelaskan secara lebih dalam lagi yaitu bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan suatu pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.[20]
3. Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswadi dalam kelas baik secara individual maupun kelompok.[21]
4. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Evaluasi juga dikatakan sebagai proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didikuntuk tujuan pendidikan.[22]
E. Prinsip-prinsip Kurikulum Dalam Islam
Menurut al-Syabani (1978) (1) Ajaran dan nilai-nilai; (2) menyeluruh pada tujuan dan kandungan kurikulum; (3) adanya kesinambungan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum; (4) adanya kaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik serta alam sekitar baik fisik maupun sosial budaya; (5) pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi minat maupun bakatnya; (6) menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat; (7) adanya keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dengan pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.[23]
Untuk melengkapi prinsip-prinsip diatas, Zakiah Daradjat menawarkan beberapa prinsip yang terkandung dalam kurikulum, yaitu :[24]
1. Prinsip relevansi dalam arti kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang yan yang akan datang, relevansi dengan tuntutanyang akan datang.
2. Prinsip efektifitas, baik efektifitas mengajar peserta didik, ataupun efektifitas peserta didik.
3. Prinsip efisiensi, baik dalam segi waktu, tenaga, dan biaya.
4. Prinsip fleksibilitas, artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
Sedangkan menurut an-Nawawi (1979). prinsip-prinsip atau ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam meliputi:[25]
1. Selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan dan menyelamatkannya.
2. Diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taatdan beribadah kepada Allah. Juga merealisasikan berbagai aspek tujuantak lengkap seperti: aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun intelektual.berfungsi sebagai pengarah dan meluruskan pola hidup yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan pendidikan.
3. Adanya pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi perekembangan peserta didik dan perbedaaan individu serta karakteristik masing-masing.
4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, sambil tetap bertopan pada jiwa dan cita ideal islaminya.
5. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulu tersebut hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya, terarah kepada pola hidup Islami.
6. Hendaknya kurikulum itu realistis, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat di negara yang akan melaksanakannya
7. Hendaknya metode pendidikan dalam kurikullum itu bersifat luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi setempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang mengangkat bakat, minat serta kemampuan peserta didik untuk menangkap, mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.
8. Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku yang positif serta meninggalkan dampak afektit yang positif pula dalam jiwa generasi muda.
9. Memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu diselaraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan perasaan keagamaan dan pertumbuhan bahasa bagi fase tersebut.
10. Memperhatikan aspek aspek tingkah laku amaliah islami,serta membangun masyarakat muslim di lingkungan sekolah.
F. Tujuan-tujuan yang Ingin dicapai Oleh Kurikulum Pendidikan Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyeluruh dan terpadu bagi pribadi pelajar, membuka tabir tentang bakat, kesediaan dan mengembangkan minat, kecakapan, pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang di inginkan; menanamkan kebiasaan, akhlak dan sikap yang baik dan kemahiran asas untuk mendapatkan ilmu pengetahuan; menyiapkannya untuk memikul tanggungjawab dan pran-peran yang dipikulnya di masyarakat; mengembangkan kesadaran agama, budaya, pemikiran, sosial, dan politik pada dirinya.[26]
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program rancangan pendidikan yang isinya sejumlah mata pelajaran dan program kegiatan yang diperlukan sebagai syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Filsafat Pendidikan Islam berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam dan pengembangannya sehingga kurikulum mengandung nilai-nilai yang diyakini kebenarannya guna mencapai tujuan pendidikan yang islami yang telahditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Aziz, 2009, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), Yogyakarta: Teras.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam (terjemahan), Jakarta: Bulan Bintang.
Aziz, Abd., 2009, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), Yogyakarta: Teras.
Basri, Hasan, 2009, �Filsafat Pendidikan Islam�, Bandung: Pustaka Setia.
Maragustam, 2010Filsafat Pendidikan Islam (Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global), Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Nik Haryati, 2011, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Bandung: Alfabeta.
Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal, PPs (S2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 3, Desember 2008.
Ramayulis, Samsul Nizar, 2009�Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya�, Jakarta: Kalam Mulia.
[1]Ramayulis, Samsul Nizar, �Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya�, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 192.
[2]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam (Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global), (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2010), hal. 236.
[3]Hasan Basri, �Filsafat Pendidikan Islam�, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 128.
[4]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 162.
[5]Ramayulis, Samsul Nizar, �Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 193
[6]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam....,hal. 237.
[7]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,hal. 238.
[8]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terjemahan), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 524.
[9] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal. 525.
[10]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 238.
[11]Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal, PPs (S2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 3, Desember 2008, hal. 333-334.
[12]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam....,hal. 238.
[13]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam ...., hal. 530.
[14]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ....,hal. 238.
[15]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal. 531
[16]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam (Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 168.
[17]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 236.
[18]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 61
[19]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan...., hal. 63.
[20]Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan...., hal. 65.
[23]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 239.
[24]Ramayulis, Samsul Nizar, �Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 197
[25]Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam ...., hal. 239-240.
[26]Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany....., hal. 533.
Posting Komentar untuk "PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM"