8 Tipe Ibu-Ibu, Kamu Termasuk Yang Mana?





8 Tipe Ibu-Ibu, Kamu Termasuk Yang Mana? Kalau ditanya pekerjaan apa yang paling menyenangkan selama saya hidup, saya pasti akan bilang menjadi seorang ibu. Naluri seorang ibu juga yang membuat saya banyak berubah jadi seperti sekarang. Dan itu natural menurut saya seh. Semua wanita yang menikah dan memiliki anak akan mengalami fase seperti saya ^^. Betul kan?


Kalau ditanya menjadi seorang ibu itu bagaimana? Awesome! Mulai dari hamil, melahirkan, ngajari jalan, nambah kosakata dll senang saja dilakukan. Walau pas anak lagi 'tantrum atau rewel kaget' berasa juga pengen mites :v. Tenang, saya sebel dan bete banget juga kalo pas anak nangis ditengah keramaian atau memaksa untuk menonton saluran disney yang dia sukai. Wajar kok. Namanya juga ngeliatin masa-masa tumbuh kembang anak yang tidak mungkin terulang lagi. Dinikmati dan disyukuri saja toh ^^.


Ngumpul dengan banyak ibu-ibu dari berbagai macam kalangan membuat saya belajar. Saya banyak bertanya tentang tumbuh kembang anak, membaca sharing mereka tentang tumbuh kembang anak dan ngobrol seputar anak tentunya. Plus-plusnya juga kadang saya kecipratan rejeki dari ibu-ibu itu, mulai dari kerjaan, pesanan kue sampai bantu jagain kucing-kucingnya. Macem-macem pokoknya. Kalau sisi negatifnya juga ada sih, namanya juga ibu-ibu hehehe.

Saya jadi gugling banyak tulisan tentang macam-macam tipe ibu-ibu. Banyak sih yang mengulas tentang hal ini, baik dari sisi media sosial, membalas sms anak, psikologis, pola asuh sampai sarkasme tentang tipikal ibu-ibu ada diberbagai postingan blog.


Dan setelah menimbang, menulis dan memutuskan, inilah pengelompokkan tipe ibu-ibu versi saya ^^. Saya garis bawahi, misalnya kurang berkenan ya minta maaf :). Karena saya juga ternyata mengakui kalau menjadi tipe ibu-ibu seperti ini. Anggap saja membantu memahami dan perbaikan diri sendiri, saya termasuk apa ^^. Enjoy it!


1. Tipe syndrome


Kalau saya pikir semua ibu rata-rata melakukan hal ini, termasuk saya tentunya. Mulai dari memberitakan kehamilan, ukuran janin berapa, proses kelahiran, milestone anak, mpasi pertama dll. Tidak perlu postingan diblog, timelinenya sudah mewakili banyak cerita menjadi seorang ibu. Atau kalau tidak menggunakan internet, telpon teman-temannya untuk cerita. Betul tidak?

Boleh nggak seperti itu? Tidak apa-apa kalau saya bilang. Apalagi banyak yang menulis blog untuk mencatat milestone anak dan menjadi blog parenting. Saya sendiri juga menulis kok tentang perjuangan menjadi seorang ibu. Tutup mata saja sama sarkastik orang lain tentang postingan milestone anak^^*itupun kalau ada seh :D. Kalau kata seminar blog parenting yang saya hadiri kemarin, kalau mau pamer anak pamer saja sekalian jangan nanggung #eh.

Kembali lagi, menjadi seorang ibu itu awesome! Dinikmati saja, karena kita sendiri juga pernah melakukan psikis syndrome menjadi ibu. Dan ibu-ibu tipe seperti ini akan sangat senang bila dipuji, disemangati, ditanya kabar dan perkembangan anaknya. Saya sendiri senang kok kalau ada orang lain bilang "Ih, Raffi lucu amat" walaupun itu lagi komen difoto Raffi lagi mangap lebar iler kemana-mana. Cari pahala dengan menyenangkan orang tidak masalah kan^^.

2. Tipe eksis anywhere everywhere

Tipe ini sering mengikuti berbagai macam event, talkshow, seminar parenting, launching dan tidak lupa foto-foto bersama dengan teman-teman yang hadir. Syukur-syukur kalau bawa pulang banyak hadiah *eh. Apalagi kalau ada lomba blognya dan menang, lumayan lohhh buat beli emas dambaan kita berkat hasil kerja keras :") #berkahngeblog .

Saya juga begitu kok hehehe, kalau hadir disuatu acara foto-foto dll. Karena salah satu penghargaan untuk panitia acara sudah ngadain ini. Menghormati dengan sharing banyak peristiwa dari berbagai sisi kan menyenangkan panitia juga. Lumayan juga buat modal postingan blog, materinya masih keingat ^^.

Ibu-ibu tipe seperti ini juga sering kongkow sama teman-teman diwarung atau kafe, me time disalon, dll yang menunjukkan dia enjoy hidupnya. Saya sendiri juga gitu hahahaha, walau kadang gratisan nongkrongnya *eh.

Boleh nggak seperti itu? Bolehlah! Kalau jaman dulu tingkat stress membesarkan anak masih dikit dan belum ada sosial media sebagai sarana untuk merekam keeksisan sang ibu menikmati hidupnya. Lah kalau sekarang jangan tanya, ada fb path twitter instagram blog dll untuk posting semua hal. Tinggal diminimalisir saja yang mana yang harus diposting dan mana yang tidak. Itu saja seh.

Sah sah seperti itu, karena kadang sebagai manusia kita memerlukan pengakuan dari orang lain walau tanpa sadar. Dan tahu tidak nikmatknya bisa me time dan bisa jalan-jalan sendiri itu? Ueeeenak rek! . Saya saja nagih, seneng rasanya bisa lepas sejenak dari aktifitas yang konsisten dijalani. Biar tetap jadi ibu yang waras kan:). Tidak perlu iri dengan yang sering kemana-mana sendiri, karena anaknya pasti ada yang jagain, ada keluarga atau anaknya sudah gede-gede :D. Ada waktunyalah semua :D,

Tapi tapi tapi, me time dan keeksisan kita juga harus diimbangi dengan dunia nyata mengurus keluarga yang penting. Dan kalian sendiri yang menentukan takarannya harus bagaimana^^. Believe me, you can deserve it!

3. Tipe segalanya tentang anak

Ini lebih ke ibu yang sering cerita tentang anak, jadi bukan fokus keibunya. Saya tahu bagaimana senangnya menjadi ibu. Swear! Saking tahunya, saya sering bercerita tentang kekaguman dan kebanggaan saya punya Raffi. Tidur iler aja diposting, jalan pertama, ngomong pertama, meluk kucing dll. Saya seneng? Banget! Orang lain? Whatever! Hahahaha.

Kalau sekarang, untuk mengurangi konsistensi upload itu pakai privat album yang cuma saya dan suami bisa lihat. Lebih aman dan menyenangkan tanpa harus 'mengotori timeline'. Loh kok mengotori? Iya, perasaan itu muncul saat saya melihat ada teman yang tiap 5 menit sekali posting foto anaknya (hampir) sama posisinya. Tidur miring kiri tengah kanan difoto, tangan mau megang mainan dari dikasih sampai mainan dipegang dan diemut diposting, belum lagi kalau pas ulang bulan atau punya baju baru bisa seharian timelineku penuh dengan foto-foto anaknya saja :v. Nah, kalau ini sih sudah masuk ranah annoying ya kayaknya.

Ibu seperti ini juga biasanya sering mengikuti banyak kontes (rata-rata loh ya) untuk anaknya. Kan lumayan kalau menang hadiahnya *eh. Jadi hadiahnya buat ibunya atau anaknya neh :D. Saya sendiri pernah mengikuti sebuah casting untuk Raffi. Believe it or not, saya pulang sebelum Raffi casting. Rasanya melihat 'ambisi para ibu-ibu' itu mengerikan xD. Gak tega dengan proses castingnya sendiri. Tahu sendiri kan moto anak kecil bagaimana susahnya :v.

Boleh tidak seperti itu? Kalau kata saya sih boleh-boleh saja seh. Timeline punya dia kenapa kita yang ribut :D. Kalau mau cerdas ya bisa hide kan ^^. Nggak enak loh kalau diomongin dibelakang padahal kita temenan, kalau betina dan berani coba bilangi hati kehati biar gak upload banyak banget. Kalau nggak, yaaaaa hide itu paling aman. Untuk kita sendiri juga harus ada kontrol berlaku buat memperbaiki timeline portfolio sendiri ^^.

Tahu nggak, pas saya datang kesebuah acara ada anak seumuran yang dideketi Raffi. Saya sih ikut ngeliatin Raffi ngapain disebelahnya. Tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan, neneknya anak itu bilang sama saya...

"Umur berapa?", tanyanya

"2 tahun 3 bulan bulan, bu!"

"Ohh sama kayak ini dia juga udah 2 tahun"

"Waaa iya seumuran ya, bu"

"Iya. Pinter sekarang dia. Bisa nyanyi bisa nari hapal abcd dan hitungan", jelas neneknya

"Iya umur segini emang gitu bu. Rata-rata sama", jawabku sambil tersenyum

Hellooooowwwwwww, are you okay? Mplisss deh :v. Padahal ya, anak yang dia bilang banyak ngomong, bisa bernyanyi dan hapal abcd angka itu dari awal sampai akhir acara nggak ada ngomongnya sama sekali. Malah mending Raffi, walau masih ada yang bahasa planetnya dia ngoceh macem-macem diacara. Stok sabar juga ya kalau nemuin kayak gini :").

Trus untuk yang ikutan lomba dan casting. Boleh tidak? Ya boleh saja sih ^^. Asal anaknya happy, kecuali emang mau bikin ibunya saja yang hepi beda lagi ceritanya hehehe. Satu lagi, pilih penyelenggara lomba yang dipercaya jangan yang kontes-kontes foto (yang siapapun bisa bikin tuh lomba) untuk ngejar hadiah piala. Dan saya selalu percaya rejeki itu datangnya macem-macem, ada yang dari proses ikutan lomba dll juga kan. Satu yang pasti anak kudu hepi ^^. Saya termasuk yang tidak mengikutkan lomba anak kecuali penyelenggara temen sendiri. Lah foto Raffi saja saya kasih kacamata disosial media, apalagi kudu pajang foto buat kontes.

Tipikal ibu yang everything tentang anak ini semuanya rata-rata ngalami, termasuk saya tinggal mengontrol saja cerita tentang anaknya agar tidak membuat orang lain terganggu. Walau kadang saya tidak merasa terganggu, daripada 'ngerasani' mending hide saja. Menggunakan sosial media kan juga harus pinter ^^. Satu lagi jangan pernah membandingkan anak kita dengan anak lainnya :). Just let it go and be your self *uoopo hubungane coba :v.

4. Tipe kebanyakan teori

Dijaman sekarang, banyak sekali ilmu parenting yang bisa diserap dibanyak media sosial. Tapi selain itu juga, banyak menjamur ibu-ibu yang berada dibarisan galau. Celah banget buat berbagai macam psikologis atau seminar parenting atau juga seminar tentang ilmu-ilmu dokter anak masuk jadinya. Coba saja lihat sekarang, banyak sekali seminar sejenis yang ngomongin A-Z tentang parenting, anak, bayi dan keluarga. Walau harganya mahal, banyak loh peminatnya (seperti saya hahahaha). Dibela-belain datang demi menyerap ilmu baru tentang parenting.

Belum lagi bertebaran diinternet postingan berbasis parenting. Yang pokoknya semua bisa diselesaikan dengan ilmu parentingnya. Saya sering juga baca kok kalau topiknya saya suka dan ngalami sendiri. Bukankah mencari ilmu itu penting? :)

Tapi tapi tapi, apa saya praktekkan ilmu-ilmu itu? Jujur 50% saya praktekkan sisanya mengikuti alur bagaimana kejadian selanjutnya. Seperti saat saya baca youtube tentang mengatasi tantrum disupermarket dari luar negeri gitu, ternyata saat saya praktekkan berhasil. Walau saya tidak melakukannya diluar rumah, malu euy :v. Cukup dirumah dan berhasil. Jadi mengikuti alur saja anak bagaimana.

Boleh nggak seperti itu? Menurut saya, semua ilmu parenting penting untuk dipelajari karena tanpa batas ilmunya. Seperti asi bagaimana melakukan perlekatan baik, seperti mengatasi anak GTM atau mngajari toilet training. Buka mata buka telinga, banyak ilmu yang bisa diserap.

Tapi, tidak semua ilmu parenting itu berhasil kalau saya bilang. Karena apa yang dialami ibu A kadang beda dengan ibu B. Seperti teori tepuk tangan dan lihat cicak mengajak nyanyi saat anak nangis, berhasil di ibu A tapi tidak berhasil diibu B. Dan masih banyak contoh teori parenting yang ada, tinggal kita adaptasikan dengan situasi kondisi yang kita alami ^^.

Saya sering sedih kalau saat diminta pendapat tentang anak saya gimana, orang yang saya tanya jawabnya "Nggak sih, anakku enak-enak saja seh.. Pas dibilangin nyapih ya udah nyapih aja" atau "ooh Raffi gitu ya, kalau anakku sih pas umur 3 bulan udah ngomong papa mama manjat-manjat kursi sampe koprol". Nah itu artinya hampir sama dengan membandingkan anak dia dengan anak kita kan. Please mom, dont do this! :"). Saya juga sudah menghindari hal-hal seperti itu :").

Dan yang saya senang dari ibu-ibu tipe seperti ini, ilmunya banyak walau prakteknya kadang beda. Intinya, teori emang penting untuk belajar dan masukan tapi selebihnya disesuaikan dengan kondisi kita sendiri ya ^^


5. Tipe ibu sempurna

Pagi hari masak sarapan buat anak, mengajari anak mengaji, menyetrika baju suami, memandikan suami*eh, bikin mainan buat anak, bisa me time sering-sering, sering liburan keluar negeri, menang banyak lomba, punya kerja dengan pangkat bagus, suami yang baik, belum lagi banyak teman dll. Duh hidupe sempurna banget ya tanpa cela :").

Belum lagi yang suka aplot bisnis online kosmetik penghasilan puluhan juta tiap bulan tapi masih bisa ngemong anak. Duh itu iriable banget deh. Entah bener entah tidak, yang pasti pusing tiap bulan kudu tutup poin sendiri *eh

Saya iri loh dengan orang seperti itu, serius! Enak yo uripe :"). Sampai saya nanya apa rahasianya hidup bahagia :D. Iseng plus kepo banget kan? Tapi sekali lagi, tiap orang pasti punya kehidupan masing-masing. Bukankah rumput tetangga lebih hijau?

Boleh nggak seperti itu? Ya boleh ajalah, kenapa tidak? Suka-suka kita aja. Yang baik tinggal dicontoh yang jelek ditinggalkan ^^. Sekali lagi rejeki kan dari mana-mana, bisa dipelajari yang emang diminati. Seneng loh kalau ngeliat orang lain sukses. Jadi ikut semangat, bukan? Bukan begitu teman-teman? Yang pasti, dapur rumah orang kita tidak tahu. Disyukuri saja ^^. Sesuatu yang berlebihan kan tidak baik *eh.


6. Tipe kontroversi


Ada yang nulis tentang tidak vaksin, langsung share dengan pendapat sendiri yang kejam. Ada yang nulis tentang asi dan sufor, langsung kasih pendapatnya juga. Saya jadi inget, kemarin baca tulisan siapa gitu lupa yang kalau tidak salah nulis tentang ibu bekerja vs ibu dirumah perlu me time. Kayak gini kayaknya nulisnya "kalau loe ibu bekerja, anak loe formula dan makan seadanya. Tamat riwayat loe minta me time". Sarkas yang ngena banget menurut saya dan kalau baca full tulisannya bagus kok ^^.

Masih inget pemilu kemarin? Elahdalah, timelineku penuh jeehhhhh kata-kata kasar dari mayoritas ibu-ibu yang saling dukung calonnya. Kirain abis terpilih pada damai, nggak dooong. Masih itu lanjut kontroversi kinerja pemerintah booo.

adi, setiap ada apa dia pasti share dengan pendapatnya sendiri. Dikit-dikit ada apa ikutan tren dengan penuh komentar, sarkas dan kadang makian. Ra uwes-uwes kayaknya. Tapi dia seperti itu juga punya target influencer sendiri loh sebenarnya ^^. Ada yang menikmati setiap pendapat dan komennya, ada yang tidak. Tinggal kita pilih yang mana :)

Boleh tidak seperti itu? Diera bebas berekspresi ini banyak sekali yang bisa ditulis. Tinggal pinter-pinternya saja mau bagaimana :). Hide aja aman ^^. Tapi tapi tapi, untuk sebuah share kita harus bisa menelaah kevalidannya dulu. Jangan asal sharing, salah-salah pendapatnya ditertawakan orang karena komenin sharing hoax. Pinter-pinter ya ^^.


7. Tipe yang bilang baik-baik saja


Sebenarnya bahaya loh ibu-ibu kayak gini. Apa-apa dia mau diakui menjadi ibu-ibu yang sempurna. Lah bilangnya gak papa, tapi update status macem-macem terus dan galau mengkhawatirkan. Atau ibu-ibu yang bilang gak usah dipikir, ternyata dia japri sana sini tanya dan cerita macem-macem.

Boleh nggak seperti ini? Boleh saja menurutku :) karena sifat ya. Ada orang yang memang tidak mau diketahui dalemannya, ada orang yang fine-fine saja ngasih tahu dalemannya. . Kalau saya pribadi sih kadang memang berkeluh kesah seh. Kalau ada orang yang bilang menulis menjual kesedihan, well semoga orang itu tidak mengalami situasinya. Apalagi saya diblog ini, banyak sekali menulis perjuangan sakit. Bukan untuk berkeluh kesah seh,cuma cerita pengalaman saja. Kalau gak mau baca ya sudah gak papa.. :D simpel toh!

Enakan juga jadi saya, kalau lagi seneng atau sedih keliatan banget tanpa harus pura-pura bilang baik-baik saja. Sekali lagi, timeline kan punya kamu tapi yang baca banyak. Dan itu juga jadi kontrol sosial buat saya biar lebih 'memilih apa yang harus keluar apa yang nggak". Tapi believe me, saat orang bilang dia baik-baik saja pasti dia kenapa-kenapa. Dan biasanya sih baperan walau nggak ngomong (untung aku ngomong kalau baper). So, tiati ya cyin :p

8. Tipe Baperan

Duh jadi ngerasa ini dan emang lagi musiiim banget yaaa hawa baper ini. Kalau runut semua 1-7 inj terakhir jadi baper sih ya xD. Apalagi saya yang orang introvet, walau saya ceriwis tapi sensitif. Hatiku lembut banget :")*pret. Jadi ada apa saja yang tidak sesuai hati masuk sampai dipikiran. Mending kalau nanya langsung, ini main nyingkirin orang aja atau japri sana sini buat cari dukungan. Apalagi abis itu sengaja manas-manasin :v. Untung saya suka nanya langsung keorang yang tak baperin :P.

Orang posting apa nulis apa, kerasa kehati. Orang lagi ngomongin apa, kita nangkepnya apa yang jadinya masuk keperasaan :"). Ketemu orang, trus jadi baper sedih karena gak ditegur. Padahal emang gak liat :v. Dan baper ini meningkat skala gede saat dunia internet menjalar. Betul tidak?

Boleh gak seperti ini? Boleh seh. Namanya perasaan orang kita gak bisa ngendalikan dan nentuin. Kalau misalnya tersinggung, lebih baik tanya jangan diem saja. Kalau tidak suka sih lebih baik ngobrol. Jangan jadi ibu-ibu baperan yang pengecut. Berani baper dan sensi berarti berani nanya biar gak pikiran kayak saya *loh. Saya baper kalau ada yang bilang, " Raffi kurusan ya" atau ada yang lagi liatin bekas alergi Raffi dengan mata heran :"(. Berasa kehati *hikz

Pernah ngalamin dan ngerasain juga, saya sih sering. Tapi ya gak papa, berarti saya masih normal :)))))). Kalau orang bilang, bila dia sudah tidak berbicara denganmu berarti dibelakangmu dia membicarakanmu. Makanya lebih baik tanya atau keluarin perasaan. Terganggu banget? You can hide or unfriend :"). Simpel :).

Nah itu 8 tipe ibu-ibu menurut saya :)). Sebenarnya postingan ini mau saya tulis pas hari ibu 22 Desember 2015. Tapi karena saya lagi ikutan kursus gratis IndonesiaX, jadi kepending.

Tulisan ini bukan sarkasme seperti tulisan lain sejenis, walau ada selipan-selipan sedikit seh :D. Intinya disini, saya mau mengajak semua ibu-ibu dengan tipe apapun untuk saling mendukung satu sama lain. Udahlah jangan dikomenin pola asuh anaknya gimana, parentingnya anaknya gimana, asi vs sufor, ibu bekerja vs ibu rumah tangga, ibu sehat vs ibu penyakitan *eh, ibu yang pake mpasi blw dan who, ibu yang nyekolain anak ya duluan, ibu yang kerja di mlm, ibu yang homescholling, ibu yang suka bikin diy :p, ibu yang ini ibu yang itu dan lain sebagainya.

Karena kita sama-sama merasakan menjadi seorang ibu. Suka, duka, galau, bete, kesel menjalani aktifitas menjadi seorang ibu itu dinikmati dan disyukuri. Saya ingin mengajak semua ibu-ibu yang baca tulisan ini untuk saling menghormati apapun keputusan ibu lainnya. Duh, udah nggak jaman gak setuju dipostingan orang dan nyindir bla bla bla apalagi sengaja bikin viral dibaca plus cring-cring uit masuk kantong*eh. Kalau sekiranya postingan ibu lain kurang menyenangkan, gunakan saja tombol hide, unfollow atau unfriend.

Bertemanlah dengan baik dan saling menghormati satu sama lain. Belajarlah yang baik-baiknya dan kurangi yang negatif agar selalu dipikiran positif. Karena ini juga salah satu cara agar kita bisa berdamai dengan diri sendiri melihat rumput tetangga dan ibu lainnya. Jalani, syukuri, ikhlas menjadi ibu insyaallah nikmat dunia akhirat. Semoga kita menjadi ibu-ibu yang selalu bisa menjalani hal baik disetiap jalan menuntun anak kita.

Tulisan ini juga pembelajaran buat saya pribadi agar lebih baik kedepannya ^^. Bukankah memahami diri sendiri itu baik? ^^. Walau telat, saya tetap mau ngucapin selamat hari ibu. Yuk saling menghormati antara ibu ^^.Semoga kita menjadi ibu yang baik untuk anak dan keluarga kita :). Aamiin.

itu 8 tipe ibu-ibu yang saya temui. Ada yang mau nambahin atau mau sharing tentang pengalaman sendiri? Boleh, silahkan saja ^^. Yang pasti bacanya jangan ngotot dan baper yabuibu, karena saya sendiri mengalaminya :). Santai saja ^^. Yuk saling dukung antar sesama ibu, karena kita seorang ibu ^^. Dan pilihlah menjadi ibu yang bahagia :*. Happy mom happy kid happy family :).



Sumber : https://kabarterupdate.raulaz.com/





















Posting Komentar untuk "8 Tipe Ibu-Ibu, Kamu Termasuk Yang Mana?"