Sri Mulyani Sebut Pemerintah Butuh Tambahan Utang demi Selamatkan Nyawa Manusia dari Serangan Covid-19


Serangan Pandemi Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah mau tidak mau menambah utang.

Hal itu dilakukan dengan beberapa alasan, satu di antaranya menyelamatkan nyawa masyarakat lantaran pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, tambahan utang sangat diperlukan untuk menutup defisit.

Kondisi saat ini kata dia, defisit keuangan semakin membengkak karena besarnya pengeluaran pemerintah.

Sri Mulyani menyebut hal itu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa manusia yang tak bisa ditawar.

Karena itulah pemerintah jor-joran menyediakan anggaran untuk penanganan kesehatan sesuai kebutuhan.

Alasan lainnya, waktu penanganan Covid-19 yang semakin panjang mengakibatkan semakin besar risiko rusaknya perekonomian negara.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan virus Covid-19 tidak hanya mengancam jiwa manusia tetapijuga mampu mempengaruhi dan mengoyak perekonomian suatu negara.

"Semua negara menggunakan instrumen kebijakan untuk bisa menangani pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi sosial serta keuangan," kata Sri Mulyani lagi.

Diakuinya, sebagai bendahara negara maka perlu mengeluarkan kebijakan ekstra dalam urusan pengelolaan anggaran.

"Pandemi adalah extra ordinary challenge, tantangan yang luar biasa, itu membutuhkan respons kebijakan yang juga extra ordinary," tuturnya.

"Satu di antaranya adalah APBN yang harus menjawab begitu banyak tantangan di masa pandemi ini," ungkap dia.

Dia lantas menyinggung soal pemerintah yang sudah menggelontorkan dana besar untuk sejumlah program jaringan pengaman sosial.

Informasi lainnya, berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), saat ini nilai utang Indonesia terus melonjak.

Jika dibandingkan dengan periode serupa tahun 2020 yang berada di level Rp5.264,07 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 32,67 persen.


Sumber : https://www.pikiran-rakyat.com/

Posting Komentar untuk "Sri Mulyani Sebut Pemerintah Butuh Tambahan Utang demi Selamatkan Nyawa Manusia dari Serangan Covid-19"